Rabu, 19 Desember 2012

Desain

-->
Prinsip ‑ Prinsip Desain
Prinsip‑prinsip disain adalah suatu cara untuk menyusun unsur‑unsur sehingga tercapai perpaduan yang memberi efek tertentu (Sri Widarwati 1993:15). Prinsip‑prinsip desain adalah merupakan suatu cara penggunaan dan pengombinasian unsur‑unsur desain menurut prosedur‑prosedur tertentu (Widjiningsih, 1982 :11).
Dari beberapa pengertian dapat dijelaskan bahwa. prinsip‑prinsip desain adalah cara untuk menggunakan, mengkombinasikan, dan menyusun unsur‑unsur desain dengan prosedur tertentu sehingga dapat memberi efek‑efek tertentu. Adapun prinsip‑prinsip disain yang perlu diketahui adalah :
1)    Keselarasan (keserasian)
Kesatuan melalui pemilihan dan susunan suatu obyek dan ide‑ide (Sri Widarwati, 2000:15). Keselarasan adalah suatu asas dalam seni yang mencerminkan kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek dan ide‑ide (Chodijah & Wisri A. Mamdy, 1982:27). Sedangkan keselarasan dalam pengertiannya yang pokok berarti kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda lain yang dipadukan, atau juga antara unsur yang satu dengan yang lainnya pada suatu susunan (Atisah Sipahelut dan Petrus Sumadi, 1991:19).
Dengan ide‑ide akan dihasilkan disain busana yang baik dan menarik. Keselarasan adalah kesatuan diantara macam‑macam unsur disain walaupun bebeda tetapi membuat tiap‑tiap bagian itu kelihatan bersatu.
a)  Selaras dalam garis dan bentuk
Suatu desain busana dapat juga memiliki keserasian dalam bentuk pada hiasannya misalnya dengan mengikuti garis leher,    garis lengan, ataugaris kelim.
b)  Keserasian dalam tekstur
Tekstur yang kasar tidak dapat dikombinasikan dengan tekstur yang halus.
c)  Keserasian dalam warna
Pedoman yang baik untuk membuat kombinasi warna dalam busana, tidak lebih dari tiga warna bahkan dua warna sudah cukup. Agar lebih baik hasilnya pergunakanlah standar kombinasi warna.
Menurut pengertian di atas, keselarasan dalam pada desain busana mempunyai tiga aspek yaitu selaras dalam garis dan bentuk, selaras dalam tekstur dan selaras dalam warna. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982:26) “Desain hiasan dikatakan serasi jika penempatan hiasan ini sesuai dengan garis‑garis struktur yang dipilih, misalnya mengikuti geris leher, garis lengan, atau garis kelim”.
Gambar 03. Penerapan prinsip keselarasan
(Chodiyah dan Wisri A. Mamdy, 1982: 26)

2) Perbandingan
Digunakan untuk menampakkan lebih besar atau lebih kecil dan memberi kesan adanya hubungan satu dengan yang lain yaitu pakaian dan pemakaiannya. Perbandingan yang kurang sesuai dalam berbusana kelihatan kurang menyenangkan. Menurut Widjiningsih (1982:16) untuk memperoleh proporsi yang baik harus diperhatikan hal‑hal sebagai berikut :
a)  Mengetahui bagaimana menciptakan hubungan jarak yang baik supaya memperoleh susunan yang menyenangkan.
b) Dapat membuat perubahan dalam rupa sesuai dengan yang diinginkan supaya memperoleh ukuran dan bentuk yang baik.
c)  Mempertimbangkan apakah ukuran itu dapat dikelompokkan bersama‑sama dengan baik.
         Ukuran harus dikelompokkan dengan baik sehingga tercipta suatu desain yang proporsional. Jarak mempengaruhi suatu susunan, sehingga antara jarak, bentuk, dan ukuran harus sesuai untuk mendapatkan suatu proporsi yang baik.
Dalam desain busana, perbandingan digunakan untuk menunjukkan suatu bagian dari bagian yang lain dalam busana yang akan diciptakan. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982), seorang wanita yang berbadan besar tidak serasi apabila menggunakan bahan dengan corak bunga‑bunga besar, mengenakan topi kecil dan membawa tas kecil, karena akan membuat si pemakai terlihat lebih besar. Seharusnya orang yang berbadan besar menggunakan bahan dengan corak bunga tidak terlalu besar dan mengenakan pakaian dengan penyelesaian kancing‑ kancing tidak terlalu kecil.
3)  Keseimbangan
Asas ini digunakan memberikan perasaan ketenangan dan kestabilan. Pengaruh ini dapat dicapai dengan mengelompokkan bentuk dan warna yang dapat menibulkan perhatian yang sama pada kiri dan kanan. Ada dua cara untuk memperoleh keseimbangan:
a) Keseimbangan Simetri
Jika unsur bagian kiri dan kanan suatu disain sama jaraknya dari pusat. Misalnya kerah, saku garis, garis hias atau hiasan samajaraknya dari pusat.
b)      Keseimbangan Asimetris
Jika unsur‑unsur bagian kiri dan kanan jaraknya dari pusat tidak sama, melainkan diimbangi oleh salah satu unsur yang lain.
Keseimbangan tersebut dapat diterapkan pada busana yang penempatannya disesuaikan dengan besar kecil obyeknya. Ukuran dan jaraknya harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang baik. Misalnya peletakan krah, harus sesuai dengan bajunya, tidak kelihatan terlalu besar atau kecil sehingga mengurangi nilai keserasiannya, serta peletakan hiasan harus sesuai ukuran, jika bidang besar desain hiasannya jangan terlalu kecil sehingga  menimbulkan kesan tidak seimbang.
Berdasarkan pengertian, keseimbangan adalah pengorganisasian maupun pengelompokan dari bentuk, garis, warna maupun tekstur yang dapat menimbulkan perhatian yang sama dari berbagai sisi, kanan, kiri, atas maupun bawah ataupun terpusat pada satu sisi saja. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) penerapan prinsip desain menggunakan keseimbangan asimetris misalnya salah satu sisi yang lebih luas diimbangi oleh bagian yang lebih kecil dengan warna yang kontras kuat, dengan lipit‑lipit atau dengan kerut‑kerut.

2
Gambar 04. Penerapan prinsip keseimbangan
(Chodiyah dan Wisri A. Mamdy, 1982: 30)

4) Irama
Irama (rhytm) pada suatu desain busana merupakan suatu pergerakan yang teratur dari suatu bagian kebagian lainnya, yang dapat dirasakan dengan penglihatan (Arifah A. Riyanto, 2003:57). Menurut Sri Widarwati (2000:17) irama adalah pergerakan yang dapat mengalihkan pandangan mata dari satu bagian kebagian lain. Ada empat macam cara untuk menghasilkan irama dalam disain busana yaitu :
a) Pengulangan
Suatu cara untuk menghasilkan irama adalah pengulangan garis. Irama yang dhasilkan dengan penulangan garis antara, lain pengulangan garis lipit, renda‑renda dan kancing yang membentuk jalur. Selain pengulangan garis dapat juga dicapai pengulangan dalam warna atau bentuk.
b) Radiasi
Garis pada pakaian yang memancar dari pusat perhatian menghasilkan irama yang disebut radiasi. Garis‑garis radiasi pada busana terdapat pada kerut‑kerut yang memancar dari garis lengkung.
c) Peralihan Ukuran
Pengulangan dari ukuran besar ke ukuran kecil atau sebaliknya akan menghasikan irama yang disebut peralihan ukuran atau gradation.
d) Pertentangan
Pertemuan antara garis tegak lurus dan‑ garis mendatar pada lipit‑lipit atau garis hias adalah contoh pertentangan atau kontras. Kain kotak‑kotak atau lipit‑lipit juga merupakan contoh pertentangan.
Sehingga dari beberapa pengertian penyusun dapat menjelaskan bahwa pertentangan dan kontras adalah pertemuan antara garis tegak lurus dan mendatar pada garis hias serta merupakan kombinasi dari unsur‑unsur desain yang bertentangan. Irama sangat diperlukan dalam suatu disain busana terutama busana yang memerlukan kreasi‑kreasi yang artistik seperti busana pengantin dan busana pesta. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) "Irama yang dicapai melalui pengulangan warna pada busana terdapat apabila warna pada bahan pakaian diulang pada warna sepatu, tas, bros, anting ‑ anting, dan lain‑lain".
                   5) Pusat Perhatian
Desain busana harus mempunyai satu bagian yang lebih menarik dari bagian lainnya, dan ini disebut pusat perhatian. Pusat perhatian pada busana dapat berupa kerah yang indah, ikat pinggang, lipit pantas, kerutan, bros, syal, warna dan lain‑ lain. Pusat perhatian adalah bagian dari busana yang dibuat lebih menarik sehingga lebih menonjol bila dibandingkan dengan bagian yang lain (Sri Widarwati, 2000:21). Meletakkan pusat perhatian pada sebuah desain hendaknya disusun mana yang akan dijadikan pusat perhatian yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, atau hanya satu‑satunya pusat perhatian (Arifah A. Riyanto, 2003:66). Menurut Prapti Karomah (1990) bahwa pusat perhatian dari suatu desain busana dapat berupa kumpulan atau kelompok hiasan pada busana, sedangkan menurut Widjiningsih (1982:25) aksen disebut juga pusat perhatian, emphasis, dan center of interest. Aksen pertama‑tama membawa mata pada sesuatu yang penting dalam suatu susunan, dan dari titik itu baru kebagian yang lain.
Sehingga dari beberapa pengertian penyusun dapat menjelaskan bahwa pusat perhatian adalah suatu bagian yang lebih menarik dari bagian ‑ bagian lainnya dalam suatu busana. Pusat perhatian dapat terdiri dari pusat perhatian pertama, kedua dan ketiga atau hanya satu‑satunya pusat perhatian. 
Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) pusat perhatian dapat diletakkan di beberapa tempat, tetapi harus disusun mana yang akan dijadikan pusat perhatian pertama, kedua dan ketiga. Misalnya pusat perhatian pertama pada bagian muka terletak pada kerah atau syal yang sangat menarik karena bentuk dan warnanya. Pusat perhatian kedua pada pinggang dengan kerut‑kerut atau ikat pinggang yang kurang menonjol. Pusat perhatian yang lebih kecil dapat dijatuhkan pada lengan, misalnya manset.
Berdasarkan kajian teori diatas dapat dijelaskan bahwa dalam mencipta desain harus memperhatikan unsur‑unsur desain mulai dari garis, arah, bentuk, ukuran, nilai gelap terang, warna, dan tekstur kemudian disusun dengan prinsip‑prinsip desain supaya terlihat serasi, seimbang, mempunyai irama dan pusat perhatian.

Desain


     Unsur  Desain
Untuk membuat suatu desain diperlukan bahan – bahan yang sesuai dengan desain yang akan dibuat. Bahan – bahan tersebut dinamakan unsur – unsur desain atau elemen – elemen desain. Agar desain yang dibuat menjadi indah dan sesuai dengan kegunaan, maka perlu cara penyusunan unsur –unsur tersebut. Cara penyusunan ini dinamalan prinsip – prisip desain.
a.         Unsur – unsur desain
Unsur – unsur desain adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyusun suatu rancangan. Unsur tersebut selalu ada dalam setiap desain sejak jaman dahulu hingga kini, tetapi bentuk dan variasinya yang selalu berubah – ubah sesuai dengan hal – hal yang disukai oleh masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat pada bidang busana, setiap tahun, atau setiap musim, mode busana selalu berganti sehingga muncullah trend mode dari tahun ke tahun. Adapun unsur – unsur desain adalah sebgai berikut :
1)        Garis
Garis merupakan unsur yang paling tua yang digunakan manusia dalam mengungkapkan perasaan atau emosi. Menurut Ernawati ( 2008 : 189 ) garis ialah hasil goresan dengan benda keras di atas permukaan benda alam (tanah, pasir, daun, batang, pohon dan sebagainya) dan benda-benda buatan (kertas, dinding, papan dan sebagainya). Melalui goresan-goresan berupa unsur garis tersebut seseorang dapat berkomunikasi dan mengemukakan pola rancangannya kepada orang lain.
Dalam desain busana garis mempunyai fungsi sebagai berikut:
a)    Membatasi bentuk strukturnya ( siluet )
b)   Membagi bentuk struktur menjadi bagian – bagian yang merupakan hiasan dan menentukan model.
c)    Menentukan periode suatu busana.
d)   Memberi arah dan pergerakkan.
( Chodiyah dan Wisri A. Mamdy, 1982 : 8 )
Melalui goresan – goresan yang berupa unsur garis seseorang berkomunikasi. Begitu pula seorang perancang dapat menyampaikan pola rancangannya kepada orang lain. Setiap bentuk garis mempunyai kesan yang berbeda – beda. Macam – macam bentuk garis menunjukan bentuk garis yang menimbulkan kesan terhadap perasaan diseebut watak garis. Adapun bentuk – bentuk garis itu adalah :
a)    Garis vertikal
Ekspresi yang dapat ditangkap dari garis – garis vertikal ii adalah kesan keagungan, kokoh, jantan, resmi, dan cenderung menunjukkan ketinggian tempat. Awatak dari garis ini adaah memberikan aksentuasi pada ketinggian, gagah, tegak, kaku, formal, tegas, dan serius.
b)    Garis horisontal
       Garis horisontal memberikan ekspresi tenang, santai dan cenderung memperlebar ruangan. Jika suatu desain didominasi oleh unsur horisontal maka kesan yang didapat akan  bertambah lebar, membesar, meluas, dan trekesan lapang.
c)    Garis Diagonal
       Garis diagoal memberikan ekspresi aktif, gerak dinamis, pandangan mata ditarik kuat untuk mengikutinya sehingga garis diaagonal sering digunakan untuk suatu maksud yang meminta perhatian atau sebagai daya tarik visual. Secara umum karakter garis diagonal adalah dinamis,( berada dalam posisi gerak), tidak tenang, mendekatan jarak dan sensasional.
d)   Garis Lengkung
       Ekspresi yang ditimbulkan dari garis lengkung ini adalah memberi kesan lebih akrab dan romantis. Terdapat banyak variasi garis lengkung, seperti lengkung ke atas, lengkung ke bawah, dan lengkung berombak. Kombinasi garis – garis lengkung akan menciptakan suasana keceriaan dan kegembiraan.
Berdasarkan pengertian diatas, garis adalah hasil gerakan dari satu titik ke titik yang lain dan merupakan unsur tertua yang diggunakan manusia untuk mengungkapkan emosi dan perasaan manusia. Macam – macam bentuk garis dalam desain ada 4 macam, yaitu garis vertikal, garis horisontal, garis diagonal, dan garis lengkung.
2)        Arah
Menurut pusat pembinaan dan pengembangan bahasa           ( 1997 : 54) arah adalah tujuan dan maksud. Menurut Sri Widarwati ( 2000 :8 ), arah merupakan pengaruh kecenderungan pengamatan terhadap sebuah garis mendatar ( horisontal ), tegak lurus ( vertikal ), miring ke kiri atau ke kanan ( diagonal ) tergantung pada sudut pengamatan secara langsung.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa arah merupakan wujud suatu benda yang mampu menggerakkan rasa serta mempunyai maksud dan tujuan.
Menurut Chodiyaah da Wisri A. Mamdy (1982), setiap garis mempunyai arah yaitu mendatar (horisontal), tegak lurus (vertikal) dan mkiring ( diagonal ).  Masing – maisng arah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap si pengamat.
3)        Bentuk
Unsur bentuk ada dua macam, yaitu bentuk dua dimensi dan bentuk 3 dimensi. Bentuk duaa dimensi adalah bidang datar yangdibatasi oleh garis, sedangkan bentuk tiga dimensi adalah ruang yang bervolume dibatasi oleh permukaan.
Menurut Ernawati ( 2008 :  190 ), bentuk adalah hasil hubungan dari beberapa garis yang mempunyai area atau bidang dua dimensi (shape). Apabila bidang tersebut disusun dalam suatu ruang, maka terjadilah bentuk tiga dimensi atau form. Jadi, bentuk dua dimensi adalah bentuk perencanaan secara lengkap untuk benda atau barang datar (dipakai untuk benda yang memiliki ukuran panjang dan lebar), sedangkan tiga dimensi adalah yang memiliki panjang, lebar dan tinggi.
Bentuk adalah kesatuan dari arah garis sehingga membentuk suatu area. Perbedaan warna, gelap terang cahaya, dan tekstur juga dapat menciptakan suatu bentuk, (Dorothea, C Malcolm, 1972 ).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk adalah kesatuan dari arah, garis, sehingga membentuk suatu area dengan mempertimbangkan warna, gelaap terang, cahaya, dan tekstur.
                            Menurut sifatnya bentuk dibedakan menjaadi dua yaitu :
1)        Bentuk geometris, adalah bentuk yang dapat diukur dengan alat pegukur dan mempunyai bentuk yang teratur, contohnya bentuk segi empat, segi tiga, bujur sangkar, kerucut, lingkaran, dan lain sebagainya.
2)        Bentuk dekoratif, adalah bentuk yang sudah diubah dari bentuk asli melalui proses stilasi atau stilir yang masih ada ciri khas bentuk aslinya. Bentuk-bentuk ini dapat berupa ragam hias pada sulaman atau hiasan lainnya.
Unsur bentuk juga diterapkan dalam hiasan busana baik yang lekat maupun dipasangkan. Misalnya berbagai bentuk yang ditampilkan seperti krah, lengan, rok, saku, pelengkap busana dan motif. Suatu bentuk dapat dikatakan baik apabila memenuhi tujuan pembuatannya dan memuaskan perasaan. Unsur bentuk ada dua macam yaitu bentuk dua dimensi ( 2 D ), bentuk tiga dimensi ( 3 D ). Bentuk dua dimensi adalah bidaang datar yang dibatasi oleh garis, sedangkan bentuk tiga dimensi adalah ruang yang bervolume yang dibatasi oleh permukaan.
Sehingga dari beberapa pengertian, bentuk adalah kesatuan dari arah garis sehingga membentuk suatu bidang. Bentuk yang dikenal sebagai pedoman yaitu bentuk segi empat, segitiga, dan lingkaran.
4)        Ukuran
Ukuran merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi desain pakaian ataupun benda lainnya. Ukuran adalah dimensi benda yang menyangkut ruang dan dimensi manusia ( Atisah Sipahelut dan petrus Sumadi, 1991 ). Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2000) ukuran adalah panjang, lebar, luas, besar sesuatu.
Sehingga dari beberapa pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa ukuran adalah salah satu unsur yang terpenting dalam desain busana yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya suatu garis dan bentuk sehingga tercapai satu kesatuan yang harmonis antara desain dengan si pemakai desain tersebut.
5)        Nilai Gelap Terang
Nilai gelap terang adalah suatu sifat yang menunjukkan apakah warna itu mengandung hitam atau putih (Chodiyah dan Wisri A. Mady, 1982:16). Nilai gelap terang berhubungan dengan warna, yaitu dari warna tergelap sampai dengan warna yang paling terang dan warna‑warna tersebut mempunyai nilai (Arifah A Riyanto, 2003:47). Nilai yang memberi kesan gelap menggunakan warna hitam dan untuk terang menggunakan warna putih.
Sehingga dari beberapa pengertian, dapat dijelaskan bahwa nilai gelap terang adalah suatu pengaruh atau pemberian tanda yang dapat menunjukkan apakah warna tersebut mengandung warna hitam atau putih.
Nilai gelap terang sangat berpengaruh terhadap penciptaan suatu desain busana dan hasil akhir dari busana pada saat dibuat menjadi busana, karena nilai gelap terang mer‑upakan salah satu sifat warna sehingga dapat mempengaruhi perasaan seseorang pada saat mengenakan busana. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982), dengan menyusun kombinasi dari berbagai tingkat abu ‑abu dapat ditentukan sifat dari suatu karya, misalnya sifat suram, khidmad, gembira dan lemah lembut. Nilai gelap terang suatu warna mempunyai pengaruh tertentu pada suatu desain karena nilai gelap terang ini erat sekali hubungannya dengan warna.
6)        Warna
Warna memiliki daya tarik tersendiri, meskipun busana telah memiliki garis disain yang baik tetapi pemilihan warnanya tidak tepat, maka akan tampak tidak serasi. Pemilihan kombinasi warna yang tepat akan memberikan. kesan yang menarik. Beberapa hal yang harus diketahui yang berhubungan dengan warna, antara lain:
1)   Warna Primer
Warna primer terdiri dari warna merah, kuning dan biru yang belum mengalami percampuran.
2)   Warna Sekunder
Bila dua warna primer dicampur dengan jumlah yang sama, misalnya : biru dengan kuning menjadi hijau, merah dengan kuning menjadi jingga, merah dengan biru menjadi ungu.
3)   Warna Penghubung
Bila dua warna sekunder dicampur dalam jumlah yang sama.
4)   Warna Asli
Warna primer dan warna sekunder yang belum dicampur putih atau hitam.
5)   Warna Panas dan Warna Dingin
Yang termasuk warna panas adalah merah, merah jingga, kuning jingga dan kuning sedangkan warna dingin meliputi warna hijau, biru hijau, biru, biru ungu dan ungu.
6)   Kombinasi Warna
Kombinasi warna analogus yaitu perpaduan dua warna yang letaknya berdekatan di dalam lingkaran warna. Contoh kuning dengan hijau, biru dengan biru ungu, merah dengan merah jingga, dan lain‑lain. Kombinasi warna monochromatic yaitu perpaduan dari satu warna tetapi berbeda tingkatannya. Misalnya biru tua dengan biru muda, merah tua dengan merah muda, dan lain‑lain. Kombinasi warna komplemen (pelengkap) terdiri dari dua warna yang letaknya berseberangan di dalam lingkaran warna. Contoh : biru dengan jingga, ungu dengan kuning, hijau dengan merah. Kombinasi warna segitiga, terdiri dari tiga warna yang jaraknya sama di dalam lingkaran warna. Contoh merah, biru dan kuning.
Menurut kejadiannya warna dibagi menjadi dua yaitu :
1)   Warna Additive
Yaitu warna yang berasal dari cahaya dan disebut spectrum. Warna pokok additive adalah merah (red), hijau (green), dan biru (blue). Dalam komputer disebut warna RGB.
2)   Warna Substractive
Yaitu warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Warna pokok substractive adalah Sian (Cyan), Magenta, dan Kuning (Yellow). Dalam komputer disebut warna CMY.

Setiap warna memiliki keindahan dan akan kelihatan mempesona jika digunakan sesuai tujuan dan sesuai juga dengan pengombinasiannya. Apabila masing‑masing warna dalam kombinasinya memberi kesan bersatu maka akan nampak warna-­warna tersebut harmoni. Kombinasi warna dapat harmonis apabila warna‑warna tersebut pengombinasiannya saling bergantung satu sama lain. Macam‑macam kombinasi warna menurut Lanawati Basuki:
1)      Kombinasi warna Analogus yaitu Kombinasi (perpaduan) warna yang letaknya berdekatan didalam lingkaran warna. Contoh : kuning dengan hijau, biru dengan biru ungu, merah dengan merah jingga.
2)      Kombinasi warna monokromatik yaitu kombinasi dari satu warna tetapi beda tingkatannya. Contohnya : warna biru tua dengan biru muda, merah tua dengan merah muda, dll.
3)      Kombinasi warna komplementer yaitu terdiri dari dua warna yang letaknya berseberangan dengan lingkaran warna. Contohnya : merah dengan hijau, kuning dengan violet, dan oranye dengan biru.
4)      Kombinasi warna segitiga yaitu kombinasi warna yang terdiri dari tiga warna yang jaraknya sama didalam lingkaran warna. Contohnya : jingga, hijau dan ungu.
5)      Kombinasi warna kontras berpasangan yaitu kombinasi antara dua warna yang berdekatan dengan dua warna yang ada diseberangnya. Contohnya : warna kuning kehijauan, warna ungu dan ungu kemerahan, warna biru dan biru keunguan.
6)      Kombinasi warna segiempat yaitu kombinasi yang terdiri dari empat warna yang jaraknya sama didalam lingkaran warna. Contohnya : warna kuning dengan biru kehijauan, ungu dan merah jingga.
Kombiasi warna‑warna tersebut dapat diterapkan dalam pemilihan suatu busana. Warna juga bisa digunakan untuk mengelabuhi pandangan mata. Kombinasi warna‑warna cerah dan mencolok akan membuat suatu obyek kelihatan besar dari pada warna‑warna yang redup. Sehingga untuk orang yang memiliki postur tubuh besar hindari pemakain busana dengan warna‑warna yang mencolok karena akan tampak menggemukkan, demikian juga sebaliknya seseorang yang berpostur tubuh kecil hindari pemakain busana dengan warna gelap karena akan tampak semakin kecil. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) “Seorang wanita yang memakai baju merah kelihatan lebih gemuk karena warna merah adalah warna panas” .
7)        Tekstur
Tekstur adalah sifat permnukaan dari suatu benda yang dapat dillihat dan dirasakan. Sifat‑ sifat permukaan tersebut antara lain : kaku, lembut, kasar, halus, tebal, tipis dan tembus terang (transparan).
Bahan sama halnya dengan warna, dapat mempengaruhi ukuran dan bentuk. Bahan yang berkilau lebih banyak memantulkan cahaya, sehingga membuat si pemakai kelihatan lebih gemuk, sebaliknya bahan yang tekstumya kusam mengurangi ukuran suatu obyek. Bahan polos lebih melangsingkan daripada bahan bercorak. Corak garis dapat memberi efek pada ukuran.   Bahan bercorak bunga besar memberi pengaruh lebih gemuk terhadap si pemakai, sebaliknya bahan bercorak kecil juga kurang sesuai untuk orang gemuk.
Tekstur dalam suatu, desain busana tidak boleh dilupakan karena merupakan salah satu penentu baik dan tidaknya suatu desain apabila diwujudkan dalam bentu busana. Menurut Arifah A Riyanto (2003:47) tekstur terdiri dari :
1)   Tekstur kaku
Dapat menyembunyikan atau menutupi bentuk badan seseorang tapi akan menampakkan seseorang kelihatan gemuk.

2)   Tekstur kasar dan halus
Tekstur kasar memberi kesan lebih gemuk, sedangkan bahan halus atau lembut tidak mempengaruhi kesan menggemukkan asal tidak mengkilat.

3)   Tekstur lemas
     Tekstur lembut dan lemas sesuai untuk model dengan kerut­-kerut draperi yang dapat memberi kasan luwes.

4)   Tekstur tembus pandang
     Tekstur tembus pandang kurang bisa atau kurang sempuma menutupi bentuk badan.

5)   Tekstur mengkilap dan kusam
Tekstur yang mengkilap memberi efek kelihatan lebih gemuk, sedang tekstur kusam dapat memberi kesan lebih kecil.
Menurut Mis A Jalins dan Ita A. Mamdy:64, Bahan‑bahan dengan texture yang licin dan bercahaya akan membuat figure kelihatan menjadi tambah besar, orang kurus akan kelihatan agak montok dan gemuk. Jadi bahan yang bercahaya baik untuk orang yang kurus, yang ingin kelihatan gemuk.