-->

Prinsip‑prinsip disain adalah suatu
cara untuk menyusun unsur‑unsur sehingga tercapai perpaduan yang memberi efek
tertentu (Sri Widarwati 1993:15). Prinsip‑prinsip desain adalah merupakan suatu
cara penggunaan dan pengombinasian unsur‑unsur desain menurut prosedur‑prosedur
tertentu (Widjiningsih, 1982 :11).
Dari beberapa pengertian dapat
dijelaskan bahwa. prinsip‑prinsip desain adalah cara untuk menggunakan,
mengkombinasikan, dan menyusun unsur‑unsur desain dengan prosedur tertentu
sehingga dapat memberi efek‑efek tertentu. Adapun prinsip‑prinsip disain yang
perlu diketahui adalah :
1) Keselarasan
(keserasian)
Kesatuan melalui pemilihan dan
susunan suatu obyek dan ide‑ide (Sri Widarwati, 2000:15). Keselarasan adalah
suatu asas dalam seni yang mencerminkan kesatuan melalui pemilihan dan susunan
objek dan ide‑ide (Chodijah & Wisri A. Mamdy, 1982:27). Sedangkan
keselarasan dalam pengertiannya yang pokok berarti kesan kesesuaian antara
bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda
yang satu dengan benda lain yang dipadukan, atau juga antara unsur yang satu
dengan yang lainnya pada suatu susunan (Atisah Sipahelut dan Petrus Sumadi,
1991:19).
Dengan ide‑ide akan dihasilkan
disain busana yang baik dan menarik. Keselarasan adalah kesatuan diantara macam‑macam
unsur disain walaupun bebeda tetapi membuat tiap‑tiap bagian itu kelihatan
bersatu.
a) Selaras dalam garis dan bentuk
Suatu
desain busana dapat juga memiliki keserasian dalam bentuk pada hiasannya
misalnya dengan mengikuti garis leher, garis
lengan, ataugaris kelim.
b) Keserasian dalam tekstur
Tekstur
yang kasar tidak dapat dikombinasikan dengan tekstur yang halus.
c) Keserasian dalam warna
Pedoman
yang baik untuk membuat kombinasi warna dalam busana, tidak lebih dari tiga
warna bahkan dua warna sudah cukup. Agar lebih baik hasilnya pergunakanlah
standar kombinasi warna.
Menurut
pengertian di atas, keselarasan dalam pada desain busana mempunyai tiga aspek
yaitu selaras dalam garis dan bentuk, selaras dalam tekstur dan selaras dalam
warna. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982:26) “Desain hiasan dikatakan
serasi jika penempatan hiasan ini sesuai dengan garis‑garis struktur yang
dipilih, misalnya mengikuti geris leher, garis lengan, atau garis kelim”.
Gambar 03. Penerapan
prinsip keselarasan
(Chodiyah dan
Wisri A. Mamdy, 1982: 26)
2) Perbandingan
Digunakan untuk menampakkan lebih
besar atau lebih kecil dan memberi kesan adanya hubungan satu dengan yang lain
yaitu pakaian dan pemakaiannya. Perbandingan yang kurang sesuai dalam berbusana
kelihatan kurang menyenangkan. Menurut Widjiningsih (1982:16) untuk memperoleh
proporsi yang baik harus diperhatikan hal‑hal sebagai berikut :
a) Mengetahui bagaimana menciptakan hubungan jarak yang baik supaya
memperoleh susunan yang menyenangkan.
b) Dapat membuat perubahan dalam rupa sesuai dengan yang diinginkan
supaya memperoleh ukuran dan bentuk yang baik.
c) Mempertimbangkan apakah ukuran itu dapat
dikelompokkan bersama‑sama dengan baik.
Ukuran harus dikelompokkan dengan baik sehingga tercipta
suatu desain yang proporsional. Jarak mempengaruhi suatu susunan, sehingga
antara jarak, bentuk, dan ukuran harus sesuai untuk mendapatkan suatu proporsi
yang baik.
Dalam desain busana, perbandingan digunakan
untuk menunjukkan suatu bagian dari bagian yang lain dalam busana yang akan
diciptakan. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982), seorang wanita yang
berbadan besar tidak serasi apabila menggunakan bahan dengan corak bunga‑bunga
besar, mengenakan topi kecil dan membawa tas kecil, karena akan membuat si
pemakai terlihat lebih besar. Seharusnya orang yang berbadan besar menggunakan bahan
dengan corak bunga tidak terlalu besar dan mengenakan pakaian dengan
penyelesaian kancing‑ kancing tidak terlalu kecil.
3) Keseimbangan
Asas ini digunakan memberikan
perasaan ketenangan dan kestabilan. Pengaruh ini dapat dicapai dengan
mengelompokkan bentuk dan warna yang dapat menibulkan perhatian yang sama pada
kiri dan kanan. Ada dua cara untuk memperoleh keseimbangan:
a) Keseimbangan Simetri
Jika
unsur bagian kiri dan kanan suatu disain sama jaraknya dari pusat. Misalnya
kerah, saku garis, garis hias atau hiasan samajaraknya dari pusat.
b)
Keseimbangan Asimetris
Jika
unsur‑unsur bagian kiri dan kanan jaraknya dari pusat tidak sama, melainkan
diimbangi oleh salah satu unsur yang lain.
Keseimbangan tersebut dapat
diterapkan pada busana yang penempatannya disesuaikan dengan besar kecil
obyeknya. Ukuran dan jaraknya harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang
baik. Misalnya peletakan krah, harus sesuai dengan bajunya, tidak kelihatan
terlalu besar atau kecil sehingga mengurangi nilai keserasiannya, serta
peletakan hiasan harus sesuai ukuran, jika bidang besar desain hiasannya jangan
terlalu kecil sehingga menimbulkan kesan
tidak seimbang.
Berdasarkan
pengertian, keseimbangan adalah pengorganisasian maupun pengelompokan dari
bentuk, garis, warna maupun tekstur yang dapat menimbulkan perhatian yang sama
dari berbagai sisi, kanan, kiri, atas maupun bawah ataupun terpusat pada satu
sisi saja. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) penerapan prinsip desain
menggunakan keseimbangan asimetris misalnya salah satu sisi yang lebih luas
diimbangi oleh bagian yang lebih kecil dengan warna yang kontras kuat, dengan
lipit‑lipit atau dengan kerut‑kerut.

Gambar 04. Penerapan
prinsip keseimbangan
(Chodiyah dan
Wisri A. Mamdy, 1982: 30)
4) Irama
Irama (rhytm) pada suatu desain
busana merupakan suatu pergerakan yang teratur dari suatu bagian kebagian
lainnya, yang dapat dirasakan dengan penglihatan (Arifah A. Riyanto, 2003:57).
Menurut Sri Widarwati (2000:17) irama adalah pergerakan yang dapat mengalihkan
pandangan mata dari satu bagian kebagian lain. Ada empat macam cara untuk menghasilkan irama dalam
disain busana yaitu :
a) Pengulangan
Suatu
cara untuk menghasilkan irama adalah pengulangan garis. Irama yang dhasilkan
dengan penulangan garis antara, lain pengulangan garis lipit, renda‑renda dan
kancing yang membentuk jalur. Selain pengulangan garis dapat juga dicapai
pengulangan dalam warna atau bentuk.
b) Radiasi
Garis
pada pakaian yang memancar dari pusat perhatian menghasilkan irama yang disebut
radiasi. Garis‑garis radiasi pada busana terdapat pada kerut‑kerut yang
memancar dari garis lengkung.
c) Peralihan Ukuran
Pengulangan
dari ukuran besar ke ukuran kecil atau sebaliknya akan menghasikan irama yang
disebut peralihan ukuran atau gradation.
d) Pertentangan
Pertemuan
antara garis tegak lurus dan‑ garis mendatar pada lipit‑lipit atau garis hias
adalah contoh pertentangan atau kontras. Kain kotak‑kotak atau lipit‑lipit juga
merupakan contoh pertentangan.
Sehingga dari beberapa pengertian
penyusun dapat menjelaskan bahwa pertentangan dan kontras adalah pertemuan
antara garis tegak lurus dan mendatar pada garis hias serta merupakan kombinasi
dari unsur‑unsur desain yang bertentangan. Irama sangat diperlukan dalam suatu disain busana
terutama busana yang memerlukan kreasi‑kreasi yang artistik seperti busana
pengantin dan busana pesta. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982)
"Irama yang dicapai melalui pengulangan warna pada busana terdapat apabila
warna pada bahan pakaian diulang pada warna sepatu, tas, bros, anting ‑ anting,
dan lain‑lain".
5) Pusat Perhatian
Desain busana harus mempunyai satu
bagian yang lebih menarik dari bagian lainnya, dan ini disebut pusat perhatian.
Pusat perhatian pada busana dapat berupa kerah yang indah, ikat pinggang, lipit
pantas, kerutan, bros, syal, warna dan lain‑ lain. Pusat perhatian adalah
bagian dari busana yang dibuat lebih menarik sehingga lebih menonjol bila
dibandingkan dengan bagian yang lain (Sri Widarwati, 2000:21). Meletakkan pusat
perhatian pada sebuah desain hendaknya disusun mana yang akan dijadikan pusat
perhatian yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, atau hanya satu‑satunya
pusat perhatian (Arifah A. Riyanto, 2003:66). Menurut Prapti Karomah (1990)
bahwa pusat perhatian dari suatu desain busana dapat berupa kumpulan atau
kelompok hiasan pada busana, sedangkan menurut Widjiningsih (1982:25) aksen
disebut juga pusat perhatian, emphasis, dan center of interest. Aksen pertama‑tama
membawa mata pada sesuatu yang penting dalam suatu susunan, dan dari titik itu
baru kebagian yang lain.
Sehingga dari beberapa pengertian
penyusun dapat menjelaskan bahwa pusat perhatian adalah suatu bagian yang lebih
menarik dari bagian ‑ bagian lainnya dalam suatu busana. Pusat perhatian dapat
terdiri dari pusat perhatian pertama, kedua dan ketiga atau hanya satu‑satunya
pusat perhatian.
Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy
(1982) pusat perhatian dapat diletakkan di beberapa tempat, tetapi harus
disusun mana yang akan dijadikan pusat perhatian pertama, kedua dan ketiga.
Misalnya pusat perhatian pertama pada bagian muka terletak pada kerah atau syal
yang sangat menarik karena bentuk dan warnanya. Pusat perhatian kedua pada
pinggang dengan kerut‑kerut atau ikat pinggang yang kurang menonjol. Pusat
perhatian yang lebih kecil dapat dijatuhkan pada lengan, misalnya manset.
Berdasarkan
kajian teori diatas dapat dijelaskan bahwa dalam mencipta desain harus
memperhatikan unsur‑unsur desain mulai dari garis, arah, bentuk, ukuran, nilai
gelap terang, warna, dan tekstur kemudian disusun dengan prinsip‑prinsip desain
supaya terlihat serasi, seimbang, mempunyai irama dan pusat perhatian.
Dijaman sekarang ilmu desain grafis semakin bermanfaat dan punya peranan penting. Tulisan diatas sudah sedikit banyak membantu untuk menambah wawasan tentang seluk beluk desain. terimakasih dan salam kenal sekolah desain grafis
BalasHapus