Rabu, 19 Desember 2012

Desain

-->
Prinsip ‑ Prinsip Desain
Prinsip‑prinsip disain adalah suatu cara untuk menyusun unsur‑unsur sehingga tercapai perpaduan yang memberi efek tertentu (Sri Widarwati 1993:15). Prinsip‑prinsip desain adalah merupakan suatu cara penggunaan dan pengombinasian unsur‑unsur desain menurut prosedur‑prosedur tertentu (Widjiningsih, 1982 :11).
Dari beberapa pengertian dapat dijelaskan bahwa. prinsip‑prinsip desain adalah cara untuk menggunakan, mengkombinasikan, dan menyusun unsur‑unsur desain dengan prosedur tertentu sehingga dapat memberi efek‑efek tertentu. Adapun prinsip‑prinsip disain yang perlu diketahui adalah :
1)    Keselarasan (keserasian)
Kesatuan melalui pemilihan dan susunan suatu obyek dan ide‑ide (Sri Widarwati, 2000:15). Keselarasan adalah suatu asas dalam seni yang mencerminkan kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek dan ide‑ide (Chodijah & Wisri A. Mamdy, 1982:27). Sedangkan keselarasan dalam pengertiannya yang pokok berarti kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda lain yang dipadukan, atau juga antara unsur yang satu dengan yang lainnya pada suatu susunan (Atisah Sipahelut dan Petrus Sumadi, 1991:19).
Dengan ide‑ide akan dihasilkan disain busana yang baik dan menarik. Keselarasan adalah kesatuan diantara macam‑macam unsur disain walaupun bebeda tetapi membuat tiap‑tiap bagian itu kelihatan bersatu.
a)  Selaras dalam garis dan bentuk
Suatu desain busana dapat juga memiliki keserasian dalam bentuk pada hiasannya misalnya dengan mengikuti garis leher,    garis lengan, ataugaris kelim.
b)  Keserasian dalam tekstur
Tekstur yang kasar tidak dapat dikombinasikan dengan tekstur yang halus.
c)  Keserasian dalam warna
Pedoman yang baik untuk membuat kombinasi warna dalam busana, tidak lebih dari tiga warna bahkan dua warna sudah cukup. Agar lebih baik hasilnya pergunakanlah standar kombinasi warna.
Menurut pengertian di atas, keselarasan dalam pada desain busana mempunyai tiga aspek yaitu selaras dalam garis dan bentuk, selaras dalam tekstur dan selaras dalam warna. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982:26) “Desain hiasan dikatakan serasi jika penempatan hiasan ini sesuai dengan garis‑garis struktur yang dipilih, misalnya mengikuti geris leher, garis lengan, atau garis kelim”.
Gambar 03. Penerapan prinsip keselarasan
(Chodiyah dan Wisri A. Mamdy, 1982: 26)

2) Perbandingan
Digunakan untuk menampakkan lebih besar atau lebih kecil dan memberi kesan adanya hubungan satu dengan yang lain yaitu pakaian dan pemakaiannya. Perbandingan yang kurang sesuai dalam berbusana kelihatan kurang menyenangkan. Menurut Widjiningsih (1982:16) untuk memperoleh proporsi yang baik harus diperhatikan hal‑hal sebagai berikut :
a)  Mengetahui bagaimana menciptakan hubungan jarak yang baik supaya memperoleh susunan yang menyenangkan.
b) Dapat membuat perubahan dalam rupa sesuai dengan yang diinginkan supaya memperoleh ukuran dan bentuk yang baik.
c)  Mempertimbangkan apakah ukuran itu dapat dikelompokkan bersama‑sama dengan baik.
         Ukuran harus dikelompokkan dengan baik sehingga tercipta suatu desain yang proporsional. Jarak mempengaruhi suatu susunan, sehingga antara jarak, bentuk, dan ukuran harus sesuai untuk mendapatkan suatu proporsi yang baik.
Dalam desain busana, perbandingan digunakan untuk menunjukkan suatu bagian dari bagian yang lain dalam busana yang akan diciptakan. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982), seorang wanita yang berbadan besar tidak serasi apabila menggunakan bahan dengan corak bunga‑bunga besar, mengenakan topi kecil dan membawa tas kecil, karena akan membuat si pemakai terlihat lebih besar. Seharusnya orang yang berbadan besar menggunakan bahan dengan corak bunga tidak terlalu besar dan mengenakan pakaian dengan penyelesaian kancing‑ kancing tidak terlalu kecil.
3)  Keseimbangan
Asas ini digunakan memberikan perasaan ketenangan dan kestabilan. Pengaruh ini dapat dicapai dengan mengelompokkan bentuk dan warna yang dapat menibulkan perhatian yang sama pada kiri dan kanan. Ada dua cara untuk memperoleh keseimbangan:
a) Keseimbangan Simetri
Jika unsur bagian kiri dan kanan suatu disain sama jaraknya dari pusat. Misalnya kerah, saku garis, garis hias atau hiasan samajaraknya dari pusat.
b)      Keseimbangan Asimetris
Jika unsur‑unsur bagian kiri dan kanan jaraknya dari pusat tidak sama, melainkan diimbangi oleh salah satu unsur yang lain.
Keseimbangan tersebut dapat diterapkan pada busana yang penempatannya disesuaikan dengan besar kecil obyeknya. Ukuran dan jaraknya harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang baik. Misalnya peletakan krah, harus sesuai dengan bajunya, tidak kelihatan terlalu besar atau kecil sehingga mengurangi nilai keserasiannya, serta peletakan hiasan harus sesuai ukuran, jika bidang besar desain hiasannya jangan terlalu kecil sehingga  menimbulkan kesan tidak seimbang.
Berdasarkan pengertian, keseimbangan adalah pengorganisasian maupun pengelompokan dari bentuk, garis, warna maupun tekstur yang dapat menimbulkan perhatian yang sama dari berbagai sisi, kanan, kiri, atas maupun bawah ataupun terpusat pada satu sisi saja. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) penerapan prinsip desain menggunakan keseimbangan asimetris misalnya salah satu sisi yang lebih luas diimbangi oleh bagian yang lebih kecil dengan warna yang kontras kuat, dengan lipit‑lipit atau dengan kerut‑kerut.

2
Gambar 04. Penerapan prinsip keseimbangan
(Chodiyah dan Wisri A. Mamdy, 1982: 30)

4) Irama
Irama (rhytm) pada suatu desain busana merupakan suatu pergerakan yang teratur dari suatu bagian kebagian lainnya, yang dapat dirasakan dengan penglihatan (Arifah A. Riyanto, 2003:57). Menurut Sri Widarwati (2000:17) irama adalah pergerakan yang dapat mengalihkan pandangan mata dari satu bagian kebagian lain. Ada empat macam cara untuk menghasilkan irama dalam disain busana yaitu :
a) Pengulangan
Suatu cara untuk menghasilkan irama adalah pengulangan garis. Irama yang dhasilkan dengan penulangan garis antara, lain pengulangan garis lipit, renda‑renda dan kancing yang membentuk jalur. Selain pengulangan garis dapat juga dicapai pengulangan dalam warna atau bentuk.
b) Radiasi
Garis pada pakaian yang memancar dari pusat perhatian menghasilkan irama yang disebut radiasi. Garis‑garis radiasi pada busana terdapat pada kerut‑kerut yang memancar dari garis lengkung.
c) Peralihan Ukuran
Pengulangan dari ukuran besar ke ukuran kecil atau sebaliknya akan menghasikan irama yang disebut peralihan ukuran atau gradation.
d) Pertentangan
Pertemuan antara garis tegak lurus dan‑ garis mendatar pada lipit‑lipit atau garis hias adalah contoh pertentangan atau kontras. Kain kotak‑kotak atau lipit‑lipit juga merupakan contoh pertentangan.
Sehingga dari beberapa pengertian penyusun dapat menjelaskan bahwa pertentangan dan kontras adalah pertemuan antara garis tegak lurus dan mendatar pada garis hias serta merupakan kombinasi dari unsur‑unsur desain yang bertentangan. Irama sangat diperlukan dalam suatu disain busana terutama busana yang memerlukan kreasi‑kreasi yang artistik seperti busana pengantin dan busana pesta. Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) "Irama yang dicapai melalui pengulangan warna pada busana terdapat apabila warna pada bahan pakaian diulang pada warna sepatu, tas, bros, anting ‑ anting, dan lain‑lain".
                   5) Pusat Perhatian
Desain busana harus mempunyai satu bagian yang lebih menarik dari bagian lainnya, dan ini disebut pusat perhatian. Pusat perhatian pada busana dapat berupa kerah yang indah, ikat pinggang, lipit pantas, kerutan, bros, syal, warna dan lain‑ lain. Pusat perhatian adalah bagian dari busana yang dibuat lebih menarik sehingga lebih menonjol bila dibandingkan dengan bagian yang lain (Sri Widarwati, 2000:21). Meletakkan pusat perhatian pada sebuah desain hendaknya disusun mana yang akan dijadikan pusat perhatian yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, atau hanya satu‑satunya pusat perhatian (Arifah A. Riyanto, 2003:66). Menurut Prapti Karomah (1990) bahwa pusat perhatian dari suatu desain busana dapat berupa kumpulan atau kelompok hiasan pada busana, sedangkan menurut Widjiningsih (1982:25) aksen disebut juga pusat perhatian, emphasis, dan center of interest. Aksen pertama‑tama membawa mata pada sesuatu yang penting dalam suatu susunan, dan dari titik itu baru kebagian yang lain.
Sehingga dari beberapa pengertian penyusun dapat menjelaskan bahwa pusat perhatian adalah suatu bagian yang lebih menarik dari bagian ‑ bagian lainnya dalam suatu busana. Pusat perhatian dapat terdiri dari pusat perhatian pertama, kedua dan ketiga atau hanya satu‑satunya pusat perhatian. 
Menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) pusat perhatian dapat diletakkan di beberapa tempat, tetapi harus disusun mana yang akan dijadikan pusat perhatian pertama, kedua dan ketiga. Misalnya pusat perhatian pertama pada bagian muka terletak pada kerah atau syal yang sangat menarik karena bentuk dan warnanya. Pusat perhatian kedua pada pinggang dengan kerut‑kerut atau ikat pinggang yang kurang menonjol. Pusat perhatian yang lebih kecil dapat dijatuhkan pada lengan, misalnya manset.
Berdasarkan kajian teori diatas dapat dijelaskan bahwa dalam mencipta desain harus memperhatikan unsur‑unsur desain mulai dari garis, arah, bentuk, ukuran, nilai gelap terang, warna, dan tekstur kemudian disusun dengan prinsip‑prinsip desain supaya terlihat serasi, seimbang, mempunyai irama dan pusat perhatian.

1 komentar:

  1. Dijaman sekarang ilmu desain grafis semakin bermanfaat dan punya peranan penting. Tulisan diatas sudah sedikit banyak membantu untuk menambah wawasan tentang seluk beluk desain. terimakasih dan salam kenal sekolah desain grafis

    BalasHapus